Pemimpin Ikhwanul Muslimin Yordania, Hammam Said, mengkritik
keputusan Kerajaan Arab Saudi memasukkan Ikhwanul Muslimin dalam daftar
organisasi teroris adalah satu keputusan yang salah. Beliau menganggap ini satu
keputusan yang terlihat terburu-buru dan berharap Saudi dapat menariknya
kembali.
Menurut Said, pemerintah Saudi telah berhubungan dengan
jamaah Ikhwanul Muslimin sejak tahun 1950 an. Banyak tokoh Ikhwan yang
berdomisili di Saudi, misalnya Syekh Manna’ul Qattan, Muhammad Mahmud Shawaf,
Ali Thanthawi, Muhammad Qutb, dan masih banyak yang lain. Selama itu, Ikhwan
dikenal mempunyai pemikiran dan aktiviti yang moderat.
Pertanyaannya, apakah setelah 60 tahun Saudi baru menyedari
bahwa Ikhwan sebenarnya adalah organisasi teroris ? Banyak juga anggota Ikhwan
yang menjadi guru di Saudi, apakah mereka semua adalah teroris ?.. dan
mengajari anak-anak mereka tentang terorisme ?..
Said juga menyebutkan bahawa sebab utama keluarnya keputusan
Saudi ini adalah kerana kondisi pemerintah kudeta Mesir yang sudah sangat tersepit,
padahal Saudi dan beberapa negara Teluk telah menyumbang untuk Mesir berbillion
Dollar. Menurut Saudi, dana sebesar itu hilang sia-sia kerana Ikhwan. Padahal
penyebab kegagalan pemerintah Mesir adalah tindakan militer yang melakukan
kudeta. Mendukung kudeta juga termasuk penyebab tersebut.
Sayangnya, keputusan Saudi ini, menurut Said, berbeda dengan
sikap negara-negara Barat dan lainnya yang masih belum yakin untuk memasukkan
Ikhwan ke dalam daftar organisasi teroris. Oleh kerana itu, keputusan Saudi
memasukan Ikhwan Muslimin dalam daftar terroris tidak diterima masyarakat
dunia.
Sumber Dakwatuna/ 11/3/2014
0 comments:
Post a Comment